Untitled Document
  • Masihkah Nyanyian Nazarudin Berlanjut ?

    Untuk kedua kalinya tuah nyanyian Nazaruddin memakan korban disela-sela penyeleksian calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelumnya pada saat tahap penyeleksian tes makalah Panitia Seleksi (Pansel) KPK telah mendepak tiga nama internal KPK yang mencalonkan diri masing-masing Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah, Deputi Penindakan KPK Ade Raharja dan juru bicara KPK Johan Budi, walaupun nilai tes makalah ketiganya termasuk tinggi. Ketiganya diduga terlibat baik secara langsung atau tidak langsung pernah bertemu sebelumnya dengan Nazaruddin walaupun belum jelas menyangkut kasus-kasus yang melibatkan Nazaruddin. Nyanyian kedua Nazaruddin juga telah mendepak Bagindo Fachmi yang saat ini sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sumatera Barat, yang menurut ocehan Nazaruddin Fachmi pernah memberikan sejumlah uang kepada Anas Urbaningrum pada saat kongres pemilihan ketua umum Partai Demokrat yang dimenangkan oleh Anas.
    Kesemua tuduhan  tersebut telah dibantah oleh orang-orang yang disebutkan namanya oleh Nazaruddin, dan KPK bergerak cepat dengan membentuk Dewan Etik untuk memeriksa ketiga calon dari KPK tersebut. Begitu juga dengan Kejaksaan Agung juga telah meminta klarifikasi kepada Fachmi sehubungan dengan tudingan Nazaruddin tersebut. Apapun ocehan Nazaruddin jelas telah membuat geger seluruh bangsa ini walaupun kebenarannya masih sedang diselidiki, namun apapun pro dan kontra pendapat orang yang jelas beberapa orang telah menjadi korban dari ocehan tersebut dan terbukti mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung pada penilaian Pansel KPK yang saat ini sedang bekerja. Walaupun Pansel KPK membantah tidak terpengaruh ocehan KPK yang jelas fakta terungkap orang-orang yang dituding Nazaruddin telah terdepak dalam penyeleksian. Apakah nyanyian Nazaruddin ini akan berlanjut pada tahap  penyeleksian selanjutnya, mungkin ini akan menjadi episode yang ditunggu oleh orang tak terkecuali para koruptor dan pendukungnya.
    Polemik nyanyian Nazaruddin  sebenarnya tidak hanya masalah pemilihan pimpinan KPK, sebelumnya Nazaruddin sudah beberapa kali bercoleteh disuatu tempat antah berantah baik dengan SMS maupun wawancara langsung dengan media Televisi dengan menyebut beberapa orang koleganya di Demokrat terlibat dan menerima uang hasil korupsi wisma atlet Sea Games. Dan terakhir Nazaruddin mengerucut kepada pemilihan Ketua Umum (ketum) Partai Demokrat dimana disana sarat akan politik uang. Nazaruddin merupakan pendukung dana dari Anas Urbaningrum telah memberikan uang yang cukup besar sebagai upaya memenangkan Anas, kemudian terus menjalar pada orang-orang KPK (Yasin, Chandra, Ade Raharja, dan Johan Budi) dan yang terakhir menimpa Bagindo Fachmi. Penjelasan Nazaruddin ini juga diperkuat oleh kesaksian pengawal dan sopirnya, yang secara terang benerang menyebutkan apa-apa yang dilakukan oleh Nazaruddin pada saat pemilihan Ketum Partai Demokrat dan siapa-siapa orang-orang yang pernah menemui Nazaruddin dirumahnya.
    Sepak terjang Nazaruddin juga telah mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPK sendiri. Menurut survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI)  kepercayaan masyarakat terhadap KPK hanya tinggal 41 persen. Menurut survei ada empat alasankenapa kepercayaan masyarakat menjadi menurun; Pertama, pimpinan KPK dianggap tidak seberani era Antasari Azhar sehingga muncul kriminalisasi Bibit-Chandra; Kedua, KPK sudah tidak netral karena sudah diinfiltrasi oleh penguasa; Ketiga, KPK tidak lagi bersih karena sudah dimasuki mafia hukum sehingga banyak kasus-kasus yang tidak terungkap, dan Keempat, adanya pimpinan KPK yang terlibat yang ikut bermain dalam tindak pidana korupsi Wisma atlet Sea Games yang melibatkan Nazaruddin.
    Penuntasan  kasus Nazaruddin harus cepat diselesaikan, tangkap, proses secara hukum dengan adil dan transparan sehingga untaian-untaian yang disebutkan Nazaruddin dapat dibuktikan. Rakyat dinegara ini masih banyak yang miskin, bukanya mengangkat kesejahteraanya justeru rakyat dipertontonkan secara vulgar oleh elit-elit yang tidak bertanggungjawab berupa permainan hukum, persekongkolan, mencuri uang rakyat, mematikan karakter lawan politiknya dengan cara memelihara Nazaruddin dari ocehanya kemudian dijadikan komoditi yang dibahas secara bersama, sedangkan pokok permasalahan yaitu mengugkap kasus yang sebenarnya belum juga terlaksana.
    Dimana kamu Nazaruddin? Akan lebih baik nyanyianmu disalurkan pada  aparat penegak hukum, sehingga tidak ada lagi tuding-tudingan yang dianggap mematikan karakter seseorang, fitnah, dan membuat debat penegakan hukum dinegara ini. Atau mungkin pemerintah tidak serius membongkar kasus ini karena begitu banyaknya petinggi-petinggi negeri ini yang terlibat, walahhualam.



    Untitled Document